Nu janji kunaon geuning sulaya
Nu janji kunaon biluk jeung deungeun
Nu janji kunaon ilang tangtungan
Asal hiji jadi udar asal dulur jadi batur
Paburisat ngudag pangkat luas tega ngahianat
Perang jeung dulur sorangan
Laku curang asal meunang
TUJUH larik puisi di atas dipetik dari lirik Cipanon Sarakan karya komposer Sunda Nano S., S.Kar. Lirik tersebut ditembangkan dalam bentuk kawih-tembang (katem). Tujuh larik tersebut menggambarkan tentang adanya oknum urang Sunda atau oknum Ki Sunda yang berkhianat terhadap sesamanya maupun terhadap tanah kelahirannya (Pakusarakan).
“Rusaknya Tatar Sunda saat ini, baik secara alam maupun budaya antara lain disebabkan oleh adanya oknum-oknum urang Sunda yang berkhianat pada dirinya, sesamanya, maupun terhadap lingkungan hidupnya dalam hal ini berkhianat terhadap tanah kelahirannya sendiri. Secara esensial itulah yang ingin saya gambarkan dalam lirik lagu tersebut,” ujar Nano S. S., Kar dalam percakapannya dengan “PR”, minggu kemarin di Bandung. Bentuk pengkhianatan itu antara lain tindak pidana korupsi, mementingkan golongannya sendiri dengan cara menindas orang lain, dan sebagainya.
Lirik lagu tersebut turut disebarkan dalam undangan Panitia Gempungan Sunda, yang acaranya berlangsung pada Senin siang (11/9) di Lapangan Gasibu, Bandung. Acara yang antara lain digagas oleh Acil Bimbo itu memang menarik untuk dicermati. Apa sebab? Karena dalam konteks yang demikian itu terungkap bahwa sesungguhnya Ki Sunda bukanlah orang yang lemah jika someah terhadap semah. Namun demikian, Ki Sunda akan bertindak tegas terhadap semah yang tidak tunduk terhadap tatakrama kasundaan, apalagi bila si semah secara terang-terangan bertekad merusak Tatar Sunda dalam berbagai bidang kehidupan.
“Sikap tegas Ki Sunda dalam membela lemah cai tidak bisa ditawar lagi saat ini. Siapa pun semah yang tidak someah apalagi punya tujuan merusak Tatar Sunda maka akan dihadapi dengan tegas oleh Ki Sunda. Untuk itu kepada siapa pun Ki Sunda yang kini menduduki kursi kekuasaan harus nyaah kasarakan, jangan karena kepincut uang tak seberapa lalu terlibat dalam perusakan alam Tatar Sunda yang dilakukan oleh semah,” ujar Uwa Rundayat dalam acara tersebut.
Jika Ki Sunda tampil menunjukkan dirinya seperti sekarang ini, kata Sugih W., dan Memet A. Surahman yang dikenal sebagai tokoh Sunda dari dunia persilatan, bukan berarti Ki Sunda saat ini tengah terjebak ke dalam soal etnosentrisme yang dangkal. Tidak. Justru Ki Sunda adalah suku yang sangat terbuka terhadap para pendatang yang someah, yang turut serta membangun Tatar Sunda dalam segala bidang dengan niat yang baik.
**
DIGAGASNYA gempungan masyarakat Sunda yang dihadiri oleh banyak tokoh Sunda itu, boleh jadi penyebabnya adalah karena lingkungan hidup di Tatar Sunda saat ini sudah terasa tidak nyaman lagi. Hal ini disebabkan beberapa oknum semah sudah menunjukkan dirinya dengan tingkah laku yang tidak someah, dan karena itu harus dihadapi dengan sikap yang tegas oleh Ki Sunda.
Berkaitan dengan itu, tak aneh kalau Nano S., dalam lirik lagu tersebut lebih lanjut menulis: langit peteng poek mongkleng/ Bumi genjlong gunjang-ganjing/ Ringkang-ringkang tingkuniang/ Umbul-umbul ting pucunghul/ Pentang-pentang ting kalayang/ Tenjo ieu aing tandang// Panji-panji ting kelebet/ Warna-warna ting kolebat/ Tangtung-tangtung ting kelewung/ Tenjo ieu aing tarung/ Galungan dina tangtungan di kalang pakusarakan/ Bitotama jeung sasama campur dulur jeung baraya/ Aya nu seuri mateni batur sorangan/ Aya nu nyeri ditigas batur sorangan//
Lirik yang ditulis oleh Nano S. tersebut merupakan renungan yang senantiasa aktual dengan kondisi alam Tatar Sunda saat ini, baik dalam konteks politik maupun budaya. “Mudah-mudahan lirik tersebut bisa menyadarkan kita semua, bahwa Ki Sunda harus bangkit menyongsong dunia yang baru dengan cara pandang yang baru!” ujar Nano S.
Ki Sunda harus bangkit dalam dunia dan cara pandang yang baru, saya kira, itulah yang ditegaskan oleh Acil Bimbo dalam teks Deklarasi Masyarakat Sunda yang dibacakannya dalam acara tersebut. Teks deklarasi tersebut pada satu sisi sejalan dengan lirik yang ditulis oleh Nano S., yang nyaah ka pakusarakan. Berkaitan dengan itu, apa yang dibacakan Acil dalam teks deklarasi tersebut secara esensial selain nyaah ka pakusarakan juga menolak segala bentuk tindak kekerasan maupun tindak kriminal dalam pengertian yang seluas-luasnya dilakukan semah kepada yang boga imah pada satu sisi, dan pada sisi yang lain Ki Sunda siap membangun bangsa dan negara ini sepanjang panceug dina galur, nyaah kalembur dan nyaah ka dulur.***
Penulis, wartawan dan penyair.
hatur nuhun nu kasuhun kangge kang SONI FARID MAULANA
Tutumbu Carita diluhur:
- Daftar Pangarang Sunda
- Pileuleuyan ki Darso
- Uga Wangsit Siliwangi (sunda)
- Pileuleuyan Kang Ibing
- Kaulinan barudak sunda baheula
- Mitinéng sajarah Bandoeng Laoetan Api
- Sajarah Singkat Mang Koko
- Sajarah Singkat Karajaan Tasikmalaya
- Font Aksara Sunda Asli (Sundanese Font Unicode)
- Babad Cirebon
- Sangkuriang
- Muhamad Musa
- Gallery Kujang Sunda (Jawa Barat)2
- Kujang Sunda (Jawa Barat)
- Pahlawan Sunda: Déwi Sartika
- Jaka Susuru [ Sajarah Sunda ]
0 pesen:
Posting Komentar