Wilujeng sumping lur.

27 Jan 2010

Pileuleuyan Appa aki (Udin Bin Matnasik)

appa  
Hari itu minggu, tanggal 24 Januari 2010 Appa (nama panggilan kakekku) menghela nafasnya yang terakhir, banyak air mata yang mengalir untuk mengiringi kepergiannya dari tetangga, sanak saudara, teman – teman, bahkan orang yang baru kenal.
Pukul 13:15 tepatnya beliau di jemput ajalnya oleh sang Illahi, dan adik sepupuku menelpon dari Bandung untuk mengabarkan berita duka itu pada kami cucu – cucunya yang ada di Bekasi. Innalillahi wa inna illahiraji’un, sontak kalimat tersebut berhamburan dari mulut kami. Dengan perasaan sedih terkenang memori dengan beliau kami pun langsung mengepak pakaian dan keperluan lainnya, segera berangkat menunju ke Bandung untuk melayat beliau.
Pukul 15:00 kami pun langsung mengunci pintu rumah dan pagar, tak lupa menitipkannya dan sekaligus berpamitan kepada tetangga terdekat yang sudah kami anggap seperti saudara sendiri, hujan gerimis pun ikut serta mngiringi keberangkatan kami ke Bandung waktu itu. Di jalan kami menerima telepon kembali dari saudara, bahwasannya mereka meminta ijin dari kami untuk segera menguburkan Appa yang akan dilaksanakan pada pukul 16:00, dikarenakan cuaca yang mengkhawatirkan di Bandung akan turunnya hujan dikarenakan sang awan pun sudah terlihat menghitam kelabu di langit kampung kelahiranku tersebut yakni Cimuncang – Jelekong. Dengan sangat berat hati kami pun memberikan ijin dengan keikhlasan untuk para kerabat disana mengantarkan Appa ke liang lahat meskipun kami tidak dapat menyolatinya dan mengucapkan salam perpisanan yang terakhir dengan beliau.

Sampailah kami di Bandung pukul 18:00 pas disambut hujan lebat yang mengguyur langit Cimuncang. Aku pun langsung bergegas ke rumah Appa, disana terlihat orang – orang yang berbaju hitam hampir memenuhi ruang di rumah tua itu, terlihat ada sanak saudara, mulai dari uwak, paman – paman, saudara sepupu/ cucu – cucu, sampai ke cicit – cicit apa terlihat disana. Aku pun melangkah bersalaman dengan mereka satu persatu yang melingkar di ruang tengah rumah, terlihat mata mereka yang merah karena tangisan tentunya, ooh memang Appa sudah tidak ada lagi, beliau sudah dikebumikan tadi.
Ahhh tak apalah pikirku, aku hanya dapat mendo’akan dari sini saja, semoga iman islamnya diterima disisi Alloh SWT, dan segala amalan kesolehannya membuatnya mencapai surga dengan ketanangn di alam kubur sana. Aku pun langsung memeluk émak (Nenekku tercinta) yang sudah tak kalah tuanya dengan Appa. Beliau terlihat sangat murung namun tetap berusaha untuk terlihat tabah oleh orang lain, pikirku mungkin émak sedang melamunkan memori – memori yang telah mereka lalui dahulu, atau beliau sedang memikirkan kehidupannya ke depan, atau mungkin yang lainnya. Aah entahlah, aku tak berani bertanya pada saat itu, aku hanya berusaha menghibur beliau saja, untuk mau meneguk beberapa tetes air minum dan memasukan makanan kedalam perutnya. Kata mamahku, beliau tidak mau makan dan minum sejak beberapa hari sebelumnya...”tak lapar” lirihnya.

Waktu itu masih banyak sekali orang yang berdatangan lalu lalang untuk mengucapkan belasungkawa kepada nenek dan kami keluarga yang ditinggalkan oleh Appa. Terlihat sangat jelas sekali, kesedihan mereka mendengan kabar kepergian apa, sosok lelaki yang sangat berwibawa dari muda hingga tua hingga banyak mendapat hormat dan menganggap apa sebagai tetua di kampung. Lelaki tua yang kurus kering itu beberapa bulan yang lalu sudah sakit – sakitan sebenarnya, beliau sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit untuk menjalani pengobatan, namun tak ada hasilnya. Seiring dengan waktu penyakitnya pun semakin bertambah parah saja.
Dua minggu sebelum kepergiannya sebenarnya aku telah menemui beliau langsung ke Bandung, untuk bertatap muka dan menyampaikan permintaan maaf, terlebih lagi beliau yang meminta kepada pada sausara dan keturuanannya untuk menemui beliau waktu itu, karena ditakutkan ajalnya memang sudah hampir tiba, beliau takut tidak sempat membebaskan perkara saling maaf – memaafkan sebelum menghembuskan nafanya yang terakhir.

Sudah 7 bulan beliau merasakan sakit itu, 3 bulan yang paling parah mematikan tubuhnya yang tidak dapat lagi bergerak kesana kemari seperti biasanya selagi beliau masih sehat, bahkan untuk ke kemar mandi pun harus dibopong oleh orang lain, dan untuk shalat pun beliau tayamun dan berbaring saja di tempat tidur. Hhh sungguh memilukan. Penyakit kakengker paru – paru yang menderanya sungguh membuat beliau tersiksa teramat sangat, beliau sampai menangis mengeluarkan air mata bahkan dalam tidurnya karena kesakitan dan tidak ingin menginap di Rumah sakit. Itulah akibatnya yang ia petik dikarenakan tidak mau menuruti nasehat kami untuk berhenti merokok dari dulu, beliau adalah seorang pecandu rokok yangs angat akut dari masa mudahnya, sehari bisa menghabiskan berbatang – batang/ berlintingan – lintingan rokok dari tembakau “lebih baik tidak makan ketimbang harus berhenti merokok” jawabnya dengan santai, uuuh selalu saja!. Hingga paru – parunya di vonis kanker oleh dokter, sudah parah sekali katanya, bahkan ketika di rontgen pun hanya terlihat hitam saja di dalam paru – parunya tersebut.
Yah, mau apa dikata lagi, nasi sudah menjadi bubur, menyesal tidak akan datang di depan, menasehati atau memarahi beliau saat itu percuma saja, toh beliau sudah tidak berdaya, dan mungkin dalam hatinya pun sangat menyesal. Dahulu beliau adalah seorang laki – laki yang kuat, tak pernah merasa kecapaian untuk menghidupi keluarganya, mengelola tanah – tanah kebun, sawah sawah dan empang yang ia miliki. Di usinya yang lanjut pun beliau masih saja membuat kami khawatir dengan “kerjinannya” yang berlebihan tersebut, terutama nenek. Kami sangat mengkhawatirkan kesehatannya yang tak mau sadar diri akan usianya yang sudah lanjut, namun beliau sangat terlihat enjoy – enjoy saja menjalani semua itu “gak enak duduk – duduk termenung diam saja dirumah seperti seorang kakek tua yang tidak berguna” imbuhnya kepada kami.
Sekarang aku hanya mengkhawatirkan nenek yang sudah tua, tentunya akan sangat berat menjalani hari – hari tuanya sendiri tanpa Appa, aku belum tahu apakah nantinya beliau akan tinggal dengan anaknya yang mana, apakah itu dengan uwakku, pamanku, atau orang tuaku, yang jelas itu pilihan beliau sendiri, namun belum tentu juga sepertinya beliau mau mengambil tawaran tersebut untuk tinggal dengan anak – anaknya, karena sifat Appa dan émak dari dulu sangat tidak ingin bergantung dan menyusahkan hidupnya kepada orang lain. Aku harap Tuhan meluluhkan hatinya saja dan memberikan beliau ketenangan jiwa melepas kepergian Appa dialam baka sana dan tentunya beliau diberikan kesehatan dan umur yang berkah di ridhoi oleh Alloh SWT. AMIN.

Lilis Mayasari, salah satu cucu dari Appa Udin Bin Matnasik. Bekasi, Rabu – 27 Januari 2010 dalam duka.

hapunteun postingan ieu teu diserat dina versi Basa sundana.


21 Jan 2010

Font Aksara Sunda Asli (Sundanese Font Unicode)




Dina topik guratan pangacaprukan saung simkuring ayeuna bade nyobian ngulas ngenaan aksara sunda, terus terang simkuring mah bangga ku warisan ti karuhun nu hiji ieu sanajan nembe ayeuna – ayeuna simkuring wanoh kana ieu aksara teh, hoyong diajar pisan ti kapungkur nu ngan sakilar apal tina materi Sajarah basa mangsa diajar keneh dina bangku sakola, pangulasanana nu ngan saeutik nyeledek rasa panasaran, ngan hanjakal nu dipedar teh ngan saulas wungkul dibubuhan ku gambar nu sakilar saperti gambar patilasan dina prasasti – prasasti saksi sajarah karajaan sunda.

Basa sunda kiwari masih keneh dijadikeun mata pelajaran tambahan pikén barudak SD jéng SMP di Jawa Barat (CMIIW). Kiwari oge Basa sunda mah gés diaku tur dipake ku rumpaka website Internasional nu disingkat ku SU, samisalna Google, Wordpress, wikipedia, numawi aya nu uninga deui nu sanesna?

Aksara sunda bisana ditulis make abjad latin nu bisana dipake jang nulis basa universal, ngan sabalikna lamun naskah sunda mah masih keneh dipake dina ruang lingkup nu khusus wungkul, teu diajarkeun dina kurikulum ku pamarentah Jawa Barat. Skrip urang sunda dikembangkeun tina naskah sunda nu heubeul (Aksara sunda kuna), nu dipaké antara abad ka-14 jéng 18, jéng gés distandarkeun dina taun 1990han. Sunda ogé gés ditulis dina versi gaya aksara arab.

- Huruf Vokal (Aksara Swara)

sundanese_vwl

- Diakritik (Rarangkén)

sundanese_dia

- Huruf Konsonan

sundanese_cons

- Angka

sundanese_num

-Conto teks dina basa sunda

udhr_sundanese

Transliterasi
Sakumna jalma gubrag ka alam dunya teh sifatna merdika jeung boga martabat katut hak-hak anu sarua. Maranehna dibere akal jeung hate nurani, campur-gaul jeung sasamana aya dina sumanget duduluran.

Terjemahan

Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
(Pasal 1 dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia)

Translation:
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
(Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights).

- Dihandap ieu sababaraha surélék ingfo leuwih ngénaan aksara sunda:
http://en.wikipedia.org/wiki/Sundanese_language
http://en.wikipedia.org/wiki/Sundanese_script
http://members.tripod.com/~JafarKareem/navigate.html
http://countrystudies.us/indonesia/46.htm
http://omniglot.com/writing/sundanese.php

- Ka para akang - akang miwah ceuceu ceuceu nu hoyong nyobian ngotret aksara sunda atanapi ngadownload aksara sunda unicode kangge nginstall dina komputer mangga tepangan surélék dihandap ieu:
http://sabilulungan.org/aksara/

Cag ah, baktos simkuring Lilis Mayasari/ LieZMaya.
Gambar tur ingfo ti: Omniglot.com jeng Www.LieZMaya.Web.ID
Video ti: Youtube Kang Dadan sutisna.

Hampura boh bilih aya nu leupat eusi atanapi basa nu kirang mernah.


Praktek ngotret nami simkuring pribadosconto ngadamel nami tina aksara sunda ngangge photoshop efek tilu dimensi tea.


16 Jan 2010

Wilujéng warég Lis!

IMG_0819 IMG_0826

“Teh Lis, bade masak naon kangge ayéna?” tanya kapi adi teh
“Hmm naonnya” bari kuram kireum, kucap kiceup molototkeun panon kuring nu sipit alatan beurat keneh tos hudang sare.
“Itu si Ujang sayur atos ngantosan dipayun”
“heug, kela kituh tunduh keneh”
“Euuuh burukeun atuh nyai, karunya si Ujang gés nunungguan” ngorejat kuring ngadenge sora si teteh (kapi lanceuk) ngahudangkeun make sora tarik kawas nu make toa, sugan teh aya panggilan perang ti pamarentah bakat ku reuwas wkwkwk...
Nya teu make loba  omong, kuring teh langsung w lémpang ka luar imah nyampeurkeun si Ujang sayur nu gés nangkring nunungguan kuring rek balanja sayur jang tuang poé harita.

“aya naon wae Jang?” tanya kuring
“kangkung, roay, bayém, tahu, tempe, jamur, paria, pokcoy, toge, ikan kembung, jagong, putren, sayur asemeun, baso, terong, bonteng, engkol, bandeng, asin, kikil, udang, ebi, surawung, jengkol, jeung sajabana lah tuh lobaaaaa....”
“hmmm naon atuhnya bingung, meni barosén lah”
“numis kangkung w atuh jéng tempe tambahan ku kacang beureum digoreng...nikmaaaat” pokna bari ngacungkeun ramo – ramo jempol duanana.
“aah eta mah kahayang didinya w meureunan haha” tuluy dibales nyengir serengeh ku si Ujang bari manehna kudak kodok saku nyokot hape-na.
“Nya anggér lah maneh mah mun era teh sok kudak kodok wae”
“heu atuh da kumaha sok narerpeus diheureuyan ku didinya mah”
“huahaha” nya barakatak we seuri kuring teh.

Tidinya kuring sibuk ninggalian sayur, asin, nu aya dina gerobak sapeda pangdagangan si Ujang, bari ngimpléng nyipta – nyipta dahar nu matak ngulimeud kana beuteung, seubeuh...sabab gés sababaraha poé asana teh teu nafsu kana dahar teh. Sabot ninggalian, si Ujang nunjuk peuteuy nu harejo balalotot ka kuring...
“Sabarahaan hijina?”
“dua rebuan”
“halah malah – mahal teuing”
“sok atuhlah keun baé sarebu lima ratus”
“hmm kela...” Kuring tuluy nyampér ka imah nenga kapi adi nanya manehna hayang dahar jéng naon, heug pokna teh “kuma teteh we” ceunah, kitu deuih jéng kapi lanceuk kuring “kuma dinya w lah, teteh mah moal waka tuang, rek kaluar engke beurengge”.
Hah da sébél ngamatakeun kuring jadi bingung, nya langsung w kuring nyabét sarawung sagagang, asin cumi – cumi sa- ons, bahan jang sambeuleun, peuteuy dua papan, waluh cina laleutik sabungkus, jeng kangkung jang tuang engke sore. Kabehanana jadi pas hargana sanggés ditambahan buah gédang jang alo kuring nu pangleutikna béh babari “pup” dua puluh rebu rupiah.

Nya kuring teh langsung w ka dapur mawa balanjaan sapalastik tadi, tuluy mawa talenan jéng peso jang nyiksikan. Gés beres nyiksikan tuluy kuring nitah kapi adi teh cénah nyangu da géning ditinggali dina reskuker (rice cooker) teh tereh beak. Tuluy w kuring nyién kuah bungbu ngeu’euman tempe.
“Breusss tempe di goreng”...karek satengah asak kompor gas teh lila kalilaan seuneu-na ngaleutikan tuluy jésss w pareum. Duh kunaonnya tanya kuring dina hate, pas tingggali géning gas-na gés béak. Beuuu palangsiang kuring gés teu kuat lapar kukurubukan teh, nya tuluy kuring teh ngageroan kapi lanceuk jang menta duit meuli gas. Untungna teh dihareupeun imah aya warung sembako, harita keneh selang satengah jam tabung gas teh di ganti ku tukang warung...pek song kuring ngasongkeun duit jang mayar eta gas saratus rebu, ngan harita teh euweuh pamulangan, nya keun baé we cék kuring teh engke deui mun balanja di cokot.

Derrr deui kuring teh masak tempe, bari nyiapkeun bahan jang nyambeul surawung dadakan, deuuuh aripek teh ditinggali tarasina geus béak...langsung we nyokot konci motor mukakeun gerbang.....breeeeeeeeung tancap gas meuli tarasi ka warung Yayuk (warung sayur urang jawa). Karek ge sapuluh meter ti lawang gerbang, cukclak girimis ti langit disambung ku géréték teh hujan gede. Duh gusti da gés kagok ngalengkah, kuring nekat nuluykeun maju ka warung, langsung meuli tarasi sarebueun ka si Yayuk teh. Bari hujan – hujan ge kuring maksakeun balik deui ka imah, keur mah kabeneran sapeuting teh karek inget yen kuring teh géning can mandi haha, sakalian we ah baseuh beh daek ke langsung mandi pas datang ka imah teh (benenya, nanaon ge pasti aya hikmahna hehe :P).

Datang ka imah kasampak kapi adi teh keur masak keneh tempe dua iliran, nya kuring teh pas datang langsung di bere anduk, jaribrug kahujanan kuring langsung lumpat ka kamar mandi, brusss mandi najan caina tiis kacida...make baju tuluy ngabalurkeun minyak kayu putih kana awak, teu sabaraha lila kuring langsung masak deui da teu kuat gés lapar téa. Hah harita kuring brang breng brong perang di dapur ngagoreng asin cumi – cumi cing balaleutak, ngoseng ngoseng waluh cina jéng cabe gendot husam hasim teu kuat ngangseu hawa masakan nu nyegak. Ngarendos sambel tarasi surawaung dadakan. Deuuuh beuteung beuki dieu beuki kukurubukan, leungeun jéng awak ngadaregdeg bakat ning ku lapar.

peuteuy hejo balalotot tempe cumi-cumi oseng waluh cina cabeu gendot lada sambeul surawung
Alhamdulillah gusti jadi oge geuning masak teh, kari tuangna...sugan panyakit mah (maag) téh teu jadi harita. Nglimeud tuang teh nyaan da nikmat kacida…najan bau baham ge anggesna kudu ngosok huntu bulak balik tilu kali, ngagelom peremen beak 5 bungkus haha, tapi Alhamdulillah gusti asa jadi kulit jadi daging ceuk paribasa kolot baheula mah :)

Bekasi, 16 Januari 2010.

Cag ah. Baktos simkuring, Lilis Mayasari. Nu sono ka lembur, sono ka masakan mamah :(
- Foto: ti simkuring pribados, bakatku haat ninggali pajoangan tuang kuring harita hahaha. Wilujeng wareg!



13 Jan 2010

Babad Cirebon

Babad Cirebon nyaéta karya sastra sajarah nu disusun dina tengah abad ka-19 di Cirebon jeung nyaritakeun kamekaran kasultanan Cirebon ti awal nepi ka mangsa penjajahan Inggris di pulo Jawa. Karéréan carita (leuwih ti 50%) nyaritakeun Sunan Gunung Jati salaku nu nyebarkeun agama Islam di Jawa Barat jeung nu ngadegkeun Kasultanan Cirebon. Ditulis dina huruf arab jeung ngagunakeun basa Jawa Cirebon sarta ditulis dina wangun wawacan.

Disalin sababaraha kali di sawatara tempat di wewengkon Cirebon jeung Priangan. Dina prosés nyalin téks téh ngahasilkeun sababaraha vérsi anu béda-béda. Samalah di Priangan ditarjamahkeun atawa disadur dina basa Sunda sakapeung mah make judul anu béda, kayaning Sajarah Lampahing Para Wali Kabéh (Riwayat Prilaku dan Perbuatan semua Wali). Naskah-naskahna kiwari aya di Perpustakaan Nasional Jakarta, Universiteits Bibliotheek Leiden (negeri Belanda), British Museum (London, Inggris), Museum Sri Baduga Bandung jeung di unggal individu jalma di Jawa Barat.

Ulikan kana Babad Cirebon téh geus dilakonan ku J.L.A Brandes jeung R.A Kern, tapi kawatesanan puseur ulikanana wungkul kana alihaksara (tina huruf Arab kana huruf Latin) jeung édisi téks dumasar dua naskah (Br36 jeung Br.107) nu kiwari disimpen di Perpustakaan Nasional Jakarta kalawan panganteur ulikan sarta ringkesan eusi dina basa Walanda. Karéréaan édisina nyaritakeun hal ihwal Sunan Gunung Jati katut Wali Songo. Sacara Tradisional mah Babad Cirebon téh ku urang-urang Cirebon mah dianggap sajarah.
Rujukan: * Rosidi, Ajip.dkk. 2000. Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia, Budaya (Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi), Jakarta: Pustaka Jaya.

Di candak ti Wikipédia, énsiklopédia bébas basa Sunda
Baktos simkuring: Lilis Mayasari/ LieZMaya.
Gambar: REXYO74.COM



7 Jan 2010

Sangkuriang

legenda sangkuringSangkuriang atawa Sang Kuriang nyaéta sasakala anu asalna ti Tatar Sunda. Sasakala kasebut nyaritakeun jadina situ Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang sarta Gunung Bukit Tunggul.

Dumasar kana sasakala kasebut, dicaritakeun yén Raja Sungging Perbangkara indit moro. Di tengah leuweung Sang Raja miceun cai mani anu murag kana daun "cariang" (taleus leuweung). Hiji babi leuweung bikang nu ngaranna Wayungyang anu keur tatapa hayang jadi manusa nginum cai mani tadi. Wayungyang reuneuh sarta ngalahirkeun orok nu geulis. Orok geulis éta dibawa ka karaton ku bapana sarta dibéré ngaran Dayang Sumbi landihan Rarasati. Réa raja anu ngalamar Dayang Sumbi, tapi saurang ogé euweuh anu ditarima. Tungtungna para raja silih perangan, sedengkeun Dayang Sumbi nyingkurkeun diri ka hiji pasir dibaturan ku hiji anjing jalu nyaéta si Tumang. Hiji mangsa sabot anjena keur uplek ninun, toropong anu keur dipaké ninun kaén ragrag ka handap. Alatan ngarasa haroréam capé, Dayang Sumbi ngedalkeun kecap-kecap anu teu dipikir panjang leuwih tiheula, manéhna jangji yén saha ogé anu mangnyokotkeun toropong anu ragrag eta, lamun lalaki baris dijadikeun salakina sedengkeun lamun awéwé bakal dijadikeun dulur. Nya singhoreng teh Si Tumang mangnyokotkeun toropong eta terus w dibikeun ka Dayang Sumbi. Nya kapaksa we daék teu daék Dayang Sumbi téh ahirna ngajadikeun si Tumang salakina néepi ka ahirna ngalahirkeun orok lalaki nu dibéré ngaran Sangkuriang.

Hiji mangsa kacaritakeun Sangkuring ngadon moro moro di jero leuweung néang sasatoan jang dipasakeun ku indungna Dayang sumbi, manéhna nitah si Tumang pikeun ngudag babi bikang Wayungyang. Alatan si Tumang henteu nurutkeun maehan mitohana, mangka dipaéhan we atuh ku Sangkuriang teh. Kagok kitu tuluy haté si Tumang ku Sangkuriang dibikeun ka indungna, atuh ku indungna atoh anu tuluy diasakan sarta didahar ku Dayang Sumbi. Teu lila Sanggeus Dayang Sumbi nyaho yén anu didahar téh haté si Tumang, manéhna kacida ambekna tuluy nakol sirah Sangkuriang ku siwur anu dijieun tina batok anu ngabalukarkeun tatu kusabab gés maehan bapana sorangan (najan teu nyaho), tuluy Sangkuring teh di usir ku indungna.

Sangkuriang indit ngumbara ngurilingan dunya. Sanggeus sakitu lila leumpang ka wétan ahirna manéhna mecenghul di kulon, teu sadar yén manehna geus anjog deui ka padumukan Dayang Sumbi. Sangkuriang henteu apal yén putri geulis anu kapanggihna nyaéta Dayang Sumbi – indungna (Dayang sumbi aya nu maparinan elmu pikeun abadi ngora salalawasna/ moal ngolotan). Sangkuriang jeung Dayang Sumbi silih pikaasih sarta silih mitresna. Hiji mangsa teu kahaja Dayang Sumbi nempo urut tatu dina tarang Sangkuriang sahingga nyaho yén Sangkuriang téh anakna sorangan, nya atuh kapaksa manehna kudu megatkeun tatali asih. Cacak kitu Sangkuriang tetep maksa ngajak lakirabi ka Dayang Sumbi najan manehna gés nyaritakeun yén Dayang sumbi teh indungna, Sangkuring teu percaya kusabab Dayang sumbi masih keneh ngora saumuran jeng manehna jagjag beléjag tur geulis kawanti - wakti. Barung ku kabingung tungtungna Dayang Sumbi ménta sarat nu pamohalan mustahil bakal kacumponan ka budakna eta, nyaéta nitah sangkan Sangkuriang mangnyieunkeun parahu sarta situ dina waktu sapeuting ku cara mendeut walungan Citarum, tuluy Sangkuriang nyanggupan ieu sarat.

Mangka Sangkuriang nyieun hiji parahu tina hiji tangkal anu tumuwuh di béh wétan, tutunggul tangkal éta robah jadi gunung Bukit Tunggul. Régangna ditumpukkan di palebah kulon sarta jadi Gunung Burangrang. Ku bantuan para guriang, bendungan ampir réngsé dipigawé. Dayang Sumbi reuwas, terus mendeko munajat ka Sang Hyang Tunggal ambéh maksud Sangkuriang henteu kabiruyungan. Dayang Sumbi ngahibar-hibat heulayan boéh rarang (lawon bodas hasil tinunanna), anu temahna ngahasilkeun cahaya caang jiga panonpoé nu rek meleték di béh wétan. Sangkuriang jadi ambek, dina puncak amarahna, bendungan anu aya di Sanghyang Tikoro dibedol, cocok (tutup) kamalir walungan Citarum dialungkeunana ka arah wétan sarta ngajanggélék jadi Gunung Manglayan. Cai Talaga Bandung ogé jadi surut deui. Parahu anu dipigawé kalawan hésé capé ditalapung ka arah kalér sarta robah wujud jadi Gunung Tangkuban Parahu.

Sangkuriang terus ngudag Dayang Sumbi anu dumadakan ngiles di Gunung Putri sarta robah jadi sagagang kembang jaksi. Sedengkeun Sangkuriang sanggeus nepi ka di hiji tempat anu disebut Ujungberung tungtungna ngiles ka alam gaib (Ngahiyang).

Cag ah,
Baktos simkuring: Lilis Mayasari/ LieZMaya
Dicandak ti Wikipédia, énsiklopédia bébas basa Sunda – gambar (siicoklatlovers.wordpress.com)



5 Jan 2010

Munjungan

PICT0052

Ke lur, apal teu naon artina ari “Munjungan” teh?

Munjungan nyaéta hiji tradisi urang sunda ngalakukén “kunjungan” ti kulawarga awéwé sanggés akad nikah/ walimahan atawa nyemah ka imah kulawarga lalaki bari babawaan rantang nu di eusi ku tuangén tumis, sangu, daging, jst. Atawa disebutna kakarén tea sakalian bari silaturahmi pikén ngawawuhan jadi duduluran anyar ku lantaran gés patali lalaki rabi bari mawa dulur – dulur (kulawarga besar) rame – rame béh afdol haha *ngartos teu nya?.

Tapina da ku jaman kiwari mah gés langka ieu tradisi sunda dilaksanakeun téh sabab rariwéh atawa memang kurang biaya, atawa memang hoream, atawa kurangna waktu jang iinditan, naha ti kulawargana, atawa ti pangantena langsung (sosonoan kenehnya mérén hehe), hmm tapi di lembur simkuring mah tradisi ieu teh masih keneh dilaksanakeun. Si dulur nu kaampihan (pihak kulawarga lalaki) teh kudu siap – siap nyadiakeun bébékélan walesan (lamun aya) samodel parabot dapur, baju, kaen samping, beas, atawa naon baé nu sakirana pantes kapake jang milu mauran békél jang hirup eta panganten saterusna, kaasup oge ngeupeulan ampop nu di eusian tangtuna!

Kungsi baréto basa kuring leutik keneh (jaman SD) babaturan kuring nyaritakeun ka kuring yen manehna miluan munjungan ka hiji daerah beh kidul nyaéta Kuningan (bener kitu kidul?). Tah da ku sabab daerah maranehna teh kakaraeun kaampihan tradisi kitu, nya ku pangantén lalakina teh dititah mahanan balik eta kakaren...nya urup’ap eureup’eup atuh maranehna téh. Tapi da ku sabab kaayaan jalma nu bisa disebut benghar, nya atuh sagala rupa dibahankeun waktu harita téh. Ti mimiti beubeutian, bungbuahan, lauk, hayam, kaen batik, songkét, malahan mah émas sagala rupa dibikeun!….Hahay sadulur – dulur, tatangga teh atuh pada gareunjleung (dasar di kampung rame ku gossip tea), ceunah pada ngaromongkeun yen si teteh panganten awéwé téh “aya milik” ceunah.

Tapi kungsi ogé aya dulur kuring nu awéwé kawin ka lalaki nu masih kasebut sa-daerah kénéh geunjleung oge di omongkeun yen manehna teh goréng milik, ku sabab manehna teu dipulang babahanan. Atuh da boro – boro tega rék nyokot bonteng nu ngan sakur aya saboboko nu diasongkeun ku bibina eta, da jang daharna sorangan ge kurang keneh, manehna hirup nyorangan éwéh nu ngayuga, nu aya mah kuduna gé diberean.

PICT0046

Naha géning jalma teh masih keneh ngabogaan gaya “kolot”...”kolot” dina arti pangukuran kana kadunyaan. Lamun loba duit, boga kadudukan tur jabatan maranehna dihargaan lir ibarat juragan turunan ningrat, tapi sabalika lamun anu balangsak sangsara langka nu ngan sakur diarajenan wungkul!!! sanajan manehna keur katali ku umur kolot nu sakuduna dihargaan sakumaha kokolot nu luhur, ngan sakur ditilik ku sabeulah mata.

Gara – gara munjungan, loba nu ninggalkeun “kesan” munggaran nu goreng, ku lantaran teu bisa mere pamulangan nu hadé!

Cag ah, hampura boh bilih aya catur basa nu matak teu génah kana manah.

Baktos simkuring, Lilis Mayasari/ LieZMaya.

Potret2 basa munjungan – cir ah!



2 Jan 2010

Ngaran – Ngaran Wanci

Janari leutik = tabuh 01.00 - 03.00
janari gede = tabuh 03.00 - 04.30
balebat = tabuh 04.30
carancang tihang = tabuh 04.30 - 05.00
rebun - rebun = tabuh 05.00 - 06.00
haneut moyan = tabuh 07.00 - 08.00
pacar sawed = tabuh 09.00 - 10.00
ramangsang = tabuh 11.00
manceran = tabuh 12.00
lingsir ngulon = tabuh 13.00
panon poe satangtung = tabuh 15.00
tunggang gunung = tabuh 16.00 - 17.00
sariak layung = tabuh 17.00 - 17.30
harieum beungeut = tabuh 18.00 - 19.00
sareureuh budak = tabuh 19.00
sareureuh kolot = tabuh 21.00
teungah peting = tabuh 24.00

# waktu sejena
sakdet netra = (sakedep netra), kedet=kiceup, nya eta nuduhkeun waktu anu sakeudeung pisan.
sakiilat = waktu anu sakeudeung pisan
sapangnyepuhan = nuduhkeun waktu anu teu sabaraha lilana kira-kira sarua lilana jeung anu keur nyepah
sapangejoan = waktu anu rada lila salila anu keur ngejo (nyangu)
samur jagong = kira - kira tilu bulan setengah
sataun landung = satuan leuwih
sawinsu = delapan tahun
seabad = seratus tahun

# waktu sejena
poe ieu = ayeuna
poe an geus kaliwat = kamari
poe sanggeus kamari = mangkukna
poe anu bakal datang = isukan
sapoe sanggeus isukan = pageto
waktu nu cikeneh karandapan = bieu
waktu nu rada lila kaliwat= tadi
waktu nu lila kaliwat = bareto
waktu beh ditueun bareto = bahela
waktu nu sakeudeung dei bakal karandapan = engke
waktu nu bakal datang = isuk, jaga, isuk jaganing pageto.

Ti: Kajembaran Basa Sunda (saursepuhkangna.blogspot.com)
Baktos simkuring, Lilis Mayasari/ LieZMaya.




Pésén Admin

- Ka pamiarsa nu hoyong Ngopi paste/ nyalin seratan2 dina Blog ieu, mangga wae moal di carek! Mung tong hilap seratkeun sumber seratan kaca nu lengkep ti LieZMaya.Web.ID.
- Bagi para pembaca yang budiman, Terima kasih untuk tidak sembarang Copy paste/ mempublish ulang tulisan2 yang ada di blog ini! Jangan lupa, Mohon sertakan alamat sumber url yang lengkap dari LieZMaya.Web.ID

SOFTWARE PROMOSI KE RIBUAN IKLAN BARIS GRATIS
Mau Promosi gampang? Klik Autosubmit aja, Sekali klik Iklan langsung tersebar tanpa perlu mengunjungi satu persatu, lebih efektif dan efisien dengan harga murah 30ribu/ bulan.
http://www.autosubmit.web.id

WEBHOSTING MURAH HANYA 5RIBU PERAK/ BULAN
WebiiHost.com, didukung server yang handal berkualitas, support pelayanan ramah, Fasilitas Cpanel, fantastico Autoinstaller Wordpress & Joomla.
http://www.webiihost.com

JASA PEMBUATAN WEBSITE MURAH CEPAT & BERKUALITAS
Mau buat website Toko Online/ Perusahaan/ Sekolah/ Pemerintah? website bisnis UKM, dll dengan harga terjangkau dan cepat? Gratis domain Hosting, klik aja Cekasweb.com aja yuk!
http://www.Cekasweb.com

TOKO ONLINE BAJU BUSANA MUSLIM SYAR'I MURAH
Mau belanja baju busana muslim, Gamis Syar'ie Murah Bekasi, perlengkapan rumah tangga, dll. Pengiriman Cepat via JNE, dapatkan diskon dan Free ongkir ke Jabodetabek.
http://ummu.biz
Ads by Potter.web.id

 

Wilujéng Sumping, kumaha daramang lur?
Alhamdulillah dugi ka dégét ayéna, nyaéta dintén parantos aya Jumlah pengikut Blog ini nu satia uplék maranco langganan artikel didieu. Taah boh bilih salira kataji tur Hoyong rutin langganan carita website blog sunda LieZMaya.Web.ID ieu, sok mangga kantun Kétik bae alamat Email salira di kotak handap iéu: (Haratisss!)

Nunutur

Nu Parantos Ngalongok

Copyright 2013 Tépas Pangacaprukan | Urang Sunda nu kér diajar Nyunda!. ti taun 2006 dugi ka kiwari. Development by Jasa Pembuatan Website Murah