Dihandap dimkuring nyandak kopian wawancara Kang Ibing dina wacana Rek Dibawa ka Mana Seni Sunda? - Galamedia, ku waas duuuh emut kana kakocakan anjena pami nuju ngabodor kapungkur janten “Si Kabayan” leres – leres nyangreud dina hate sareng DAMAS-na.
--------------------------------------------------------------------------------
Minggu, 16 Mei 2010
Rek Dibawa ka Mana Seni Sunda?
BERBICARA tentang hiburan seni Sunda, tidak akan terlepas dari sosok yang satu ini. Dulu, lelaki ini dikenal sebagai pelawak ketika masih aktif di D'Kabayan. Kini dia menjadi seorang penceramah, namun unsur bodor-nya masih kental.
Walaupun ia dikenal sebagai penceramah, namun tidak semua orang tahu kalau lelaki ini merupakan pemimpin Pondok Pesantren Baiturrahman Bandung yang berpusat di Ujungberung, Bandung. Meski sering berdakwah, orang-orang tetap menyebutnya Kang Ibing. Nama lengkap lelaki ini Kusmayatna, kalah populer dengan nama Kang Ibing.
Wartawan "GM", Kiki Kurnia berbincang-bincang dengan Kang Ibing seputar perhatian generasi muda terhadap seni Sunda. Pasalnya, banyak orang mengatakan generasi muda sekarang seperti sudah tidak peduli, bahkan mulai melupakannya. Benarkah demikian? Berikut petikan wawancaranya.
GM: Selain berceramah, kesibukan apa yang Akang lakukan saat ini?
Kang Ibing: Sebentar, sebelum Akang menjawab lebih jauh, sebaiknya ada yang perlu diketahui oleh masyarakat. Nama Akang sebenarnya Kusmayatna, namun masyarakat, terutama para wartawan, sering salah menuliskan nama Akang dengan sebutan Ibing Kusmayatna. Nama Ibing adalah nama landihan (alias) ketika Akang masih aktif di D'Kabayan dan menjadi nama tenar hingga sekarang. Jadi, jangan salah tulis lagi.
Kesibukan Akang saat ini, selain berceramah, ya ngurus domba dan mengajarkan seni pencak silat bagi warga sekitar rumah.
GM: Berbicara masalah seni Sunda, bagaimana perhatian generasi muda saat ini terhadap seni Sunda?
Kang Ibing: Kalau dibilang kurang perhatian bisa saja, tetapi banyak pula generasi muda yang senang pada seni Sunda. Buktinya, banyak lahir seniman muda, entah itu seniman tari maupun seniman hiburan lainnya, seperti penyanyi pop Sunda di Kota Bandung dan daerah lainnya. Namun, yang tidak peduli lebih banyak lagi. Bahkan generasi muda sekarang banyak yang tidak mengenal bahasa Sunda. Jika sudah tidak mengenal bahasa Sunda, artinya mereka sudah tidak mencintai budayanya sendiri.
GM: Bagaimana dengan perkembangan pop Sunda?
Kang Ibing: Akang melihat banyak perubahan yang signifikan, namun tidak terlalu ekstrem. Masyarakat masih menyukai seni pop Sunda, ini disebabkan perkembangan dunia hiburan.
GM: Pandangan Akang tentang dunia lawak Sunda?
Kang Ibing : Dunia lawak Sunda saat ini jelas mengalami keterpurukan. Kalaupun ada yang muncul, tidak ada yang bangga menggunakan nama dengan nuansa kesundaan. Dulu, ada grup D'Bodor, dalam bahasa Indonesia berarti 'melawak'. Terus ada D'Kabayan yang identik dengan nama kesundaan. Sekarang apa? Kalaupun ada, nama grupnya SOS yang jauh dari kesundaan.
GM: Saat ini 'kan muncul seorang pelawak asli orang Sunda, yakni Sule atau Sutisna jebolan SOS. Apakah sudah mewakili bangkitnya dunia lawak Sunda?
Kang Ibing: Ceuk Akang mah belum. Memang Sule sering menggunakan bahasa Sunda dalam lawakannya, tapi jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sule memang orang Sunda, tetapi manehna leuwih sering ngagunakeun bahasa Betawi. Bukan hanya itu, film maupun sinetron yang ditayangkan di televisi lebih banyak menggunakan bahasa Betawi. Artinya, bahasa daerah mulai dilupakan oleh para pemainnya, walaupun mereka dari berbagai daerah.
GM: Solusinya bagaimana Kang, agar generasi muda Sunda tetap "mikacinta" seni Sunda?
Kang Ibing: Solusinya mah, ya keluarga harus mau mengajarkan bahasa Sunda dan seni tradisional Sunda. Bukan itu saja, sekolah pun harus aktif menggunakan bahasa Sunda dan memperkenalkan seni tradisional Sunda. Jangan terlalu mengandalkan pamarentah, da pamarentah boga keterbatasan. Nu paling dekat jeung barudak kan kolotna sewang-sewangan.
Akang ngarasa bingung, rek dibawa kamana seni Sunda ayeuna? Boh ku pamarentah maupun para pelaku seni Sunda. Buktina, ongkoh ngangkat seni budaya Sunda, tapi bahasa nu digunakeun rata-rata bahasa Indonesia. Selain itu, Kota Bandung sebagai pusat budaya Sunda, tetapi teu puguh oreintasina. Tong nanya ka Akang oreintasi seni budaya di Kota Bandung jeung Jabar. Soalna, generasi mudana jeung pamarentahna siga nu api lain ka seni Sunda.
GM: Bagaimana dengan penghargaan pemerintah terhadap para pelaku seni dan budayawan di Jabar?
Kang Ibing: Penghargaan pamarentah mah tentantif, bergantung niatnya ke mana, apakah untuk pengembangan dan pelestarian seni Sunda atau karena maksud lain. Akang tidak mau berkomentar banyak. Bagaimana masyarakat saja menilainya, nanti masyarakat juga yang tahu jawabannya.
GM: Sedikit menyimpang Kang, bulan depan ada perhelatan Piala Dunia 2010. Bagaimana prediksi Akang?
Kang Ibing: Masalah bola ge sabenarna budaya, oge bisa disebut seni. Buktinya di Indonesia, sepak bola sudah menjadi budaya. Sedangkan seninya, bisa dilihat dari permainan yang dilakukan para pemain bola di tengah lapangan.
Ari soal bola mah Akang lain ahlina. Tapi semua tim yang masuk putaran final adalah tim yang terbaik. Akang belum bisa memprediksi tim negara mana yang akan menjadi juara. Semua pertandingan pasti berjalan seru dan mengasyikkan. Yang pasti, Akang mah memfavoritkan tim Brasil. Pokona Brasil! **
Duh pileuleuyan kang, sadaya jasa kangge dunya seni terutamina Seni Sunda pasti masih keneh bakal diancik dinu hate. Cag ah,
Baktos simkuring: Lilis Mayasari.
Tutumbu Carita diluhur:
4 pesen:
duuh.... sami yeuh... sono ka kang Ibing :(
tos lami teu ameng kan bumina teh LiZMaya... kumaha damang?
Alhamdulillah pangesto teh, kumaha sawalerna?
Nuju dimana yeuh, di tanah air dayeuhkolot sanes teh?
nuhun, wilujeung shaum..
emh na gusti.. parantos linggih ka gusti teh guguru abi.. emh.. gusti sing di tampi iman islamnya.. amin
Posting Komentar